Politikus Irlandia Richard Boyd Barrett Tampar Keras Sikap Ambivalensi Negara Barat

- Senin, 21 Maret 2022 | 06:22 WIB
Richard Boyd Barrett (Kabar Pesisir / @RBoydBarrett)
Richard Boyd Barrett (Kabar Pesisir / @RBoydBarrett)

Kabar Pesisir - Konflik Rusia dan Ukraina menjadi bahan perdebatan sengit dan menimbulkan kegaduhan di forum dunia internasional yang menyeret banyak pihak angkat bicara termasuk politikus Irlandia Richard Boyd Barrett yang dengan tegas mengkritik keras sikap ambivalensi dunia barat.

Melalui unggahan videonya di akun tweeter miliknya @RBoydBarrett, Richard Boyd Barrett bicara di gedung Senat Irlandia yang mengkritisi sikap negaranya dan dunia barat dapat bersikap keras terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Namun menurut Richard Boyd Barrett, negaranya dan eropa tak mampu menyematkan kata 'Apartheid' sekalipun terhadap Israel yang selama 70 tahun menindas dan mencaplok wilayah Palestina.

Baca Juga: Charlie Wijaya Siap Dilaporkan Karena Pendampingan Terhadap Para Korban Robot Trading EA Copet

Meski Richard Boyd Barrett sendiri tak setuju langkah invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina, namun dirinya berharap Eropa juga memberi sanksi yang sama terhadap Israel atas kejahatannya.

Barret menyebut, semuanya patut mengecam kejahatan yang bertentangan dengan kemanusiaan yang dilakukan oleh Putih di Ukraina.

"Pemerintah langsung bergerak dalam waktu lima hari untuk menjatuhkan sanksi kepada Putin. Dan melakukan tindakan mendesak dan penggunaan bahasa yang kuat dan memang sepantasnya untuk Putin, dengan menyebutnya barbar, penjahat, pembunuh, penghasut perang, semua itu benar," kata Barret.

Semua keburukan yang dilakukan Putin itu sebenarnya sudah dilakukan Zionis Isrel sejak tujuh dekade lalu.

Barret pun meminta pemerintah Irlandia dan Barat untuk mengutuk yang serupa kepada Israel atas perlakuannya terhadap warga Palestina.

Baca Juga: Pendeta Saefudin Ibrahim Penista Agama Ada di Amerika Serikat

"Namun pemerintah justru risau untuk menggunakan bahasa yang sama. Dan merasa tidak pantas bahkan untuk mengunakan bahasa Apartheid.

"Isarel didirikan dilandaskan pada sistem penindasan, pengusaan Apartheid, dan rasisme melibatkan pendudukan sipil dan pembunuhan sipil, penahanan, penangkapan, pencaplokan tanah, pengusiran penduduk, pengabaian hak-hak mendasar 6 juta warga Palestina yang terusir dari teritori yang dijajar blokade ilegal terhadap Gaza, situasi permananen terjadinya krisis kemanusian," kata Barret.

Dia menuding seorang menteri mewakili pemerintah Irlandia yang hadir, bisa keras terhadap Rusia.

Namun, pada saat bersamaan tidak bergerak sama sekali terhadap kejahatan Israel yang merebut kemerdekaan warga Palestina.

Baca Juga: Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia Diperingati Setiap 15 Maret

Halaman:

Editor: Anis Yahya

Tags

Terkini

X